Rabu, 15 April 2015

makalah tentang Teknik Analisis Korelasi

  Pengertian Teknik Analisis Korelasional
Teknik analisis korelasional  adalah tekhnik analisis statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional dapat dibedakan menjadi dua glongan, yaitu Tekhnik Analisis Korelasional Bivarat dan Teknik Analisis Korelasional Multivariat.
Teknik Analisa Korelasional Bivariat ialah teknik analisa korelasi yang mendasarkan diri pada Dua variabel
Contoh : Korelasi antara prestasi belajar dalam bidang study Agama Islam ( Variabel X ) dan sikap keagamaan siswa (  Variabel Y ).
Adapun Anilsa Korelasional Multivariat ialah teknik analisa korelasi yang mendasarkan diri pada lebih dari dua variabel.
Contoh : Korelasi antara sikap siswa ( Variabel X1 )dengan suasana di lingkungan keluarga ( variabel X2 ), lingkungan keagamaan siswa dimasyrakat ( variable X3 ), tingkat pengetahuan agama orang tua siswa ( variabel X4 ), dan prestasi belajar siswa dalam bidang study agama islam ( variabel X5).
Dalam pembicaraan lebih lanjut hanya akan dikemukakan sala-satu dari dua macam teknik kerelasi tersebut diatas, yaitu Teknik Korelasional Bivariat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan Gall dalam bukunya Educational Research[1][1], terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam Teknik Analisis Korelasional Bivariat, yaitu:
1.      Teknik Korelasi Produk Momen.
2.      Teknik Korelasi Tata Jenjang.
3.      Teknik Korelasi Koefisien Phi.
4.      Teknik Korelasi Kontingensi.
5.      Teknik Korelasi Poin Biserial.
6.      Teknik Korelasi Biserial.
7.      Teknik Korelasi Kendall Tau.
8.      Teknik Korelasi Rasio.
9.      Teknik The Widespread Correlation.
10.  Teknik Korelasi Tetrakorik.

2.2.1 Teknik Korelasi product Moment
Teknik Korelasi product Moment adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antara dua variabel. Teknik korelasi ini dekembangkan oleh karl person yang karenanya sering dikenal dengan istilah teknik korelasi person.
Disebut Product Moment Correlation karena koefesien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel yang dikorelasikan (=product of the moment). Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antara dua variabel yang sedang kita teliti, dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka index korelasi, yang pada teknik korelasi product moment deberi lambang “r”(sering disebur “r” product moment).
Ada beberapa macam cara yang dapat diperguanakan untuk mencari angka indeks korelasi Product Momrnt.
Apabila data yang kita hadapi Data Tunggal ( Ungroupped data), sedangkan Number of Cases-nya kurang dari 30 – dengan istilah lain : sampel yang diteliti merupakan sampel kecil, – maka seperti dikemukakan oleh [2]Henry E. Garrett, Ph.D[2]. dalam bukunya Statistics in Psychology and Education- angaka indeks product moment ( ) dapat dihitung dengan menggunakan enam cara yaitu :
  1. Dengan cara menghitung daviasi standart terlebih dahulu.
  2. Dengan cara lebih singkat, tanpa menghitung daviasi standart.
  3. Dengan cara menghitung sektor – sektor alsinya atau ukuran – ukuran kasarnya.
  4. Dengan cara menghitung meannya.
  5. Dengan cara menghitung rata – rata dari variabel – variabel yang dicari korelasinya.
  6. Dengan cara menghitung selisih dari masing – masing sekor aslinya atau angka kasarnya.

  1. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi r product moment dengan secara kasar ( sederhana )
Dalam membarikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” product moment ( ), pada umunya digunakan pedoman sebagai berikut ; [[3]]
Tabel I
Besarnya “r” Product Moment ( )
Interpretasi

0,00-0,20
Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan ( dianggap tidak ada korelasi anatara variabel X dan variabel Y ).

0,20-0,40
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40-0,70 Anatara variabel X dan Y terdapat korelasi yang cukup atau sedang
0,70-0,90 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00
Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

  1. Memberikan interpretasi terhadap angaka indeks menggunakan tabel
Apabila cara kedua ini yang kita tempuh, maka prosedur yang kita lalui secara bertutut tutrut adalah sebagai berikut :
  • Merumuskan ( membuat ) Hipotesa alternatif () dan Hipotesa Nihil atau Hipotesa Nol ().
Hipotesa alternatif () kita rumuskan sebagai berikut : “ Ada (atau: terdapat ) korelasi positif ( atau : korelasi negatif ) yang signifikan (=meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y”.
Adapun rumusan Hipotesa Nihil atau Hipotesa Nol () adalah sebagai berikut : “tidak ada (atau : korelasi negatif ) yang signifikan (=meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y”.
  • Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotyesa yang telah kita ajukan diatas tadi ( Maksudnya : manakah yang benar :  ?) dengan jalan memperbandingkan besarnya “r” observasi ) dengan besarnaya “r” yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment ( ), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya adalah sebagai berikut :                                         df = N – nr
df = degrees of freedom.
N = Number of Cases.
nr= banyaknya variabel yang kita korelasikan ( karena teknik analisa korelasi yang kita bicarakan disini adalah korelasional bivariat maka nr akan selalu = 2.

Contoh soal : cari ( hitunglah ) iterpretasi angka indeks korelasi “r” product Moment dari tabel berikut.
            Tabel II
No. Urut
Nama Mhs
Mean Nilai Hasil Ujian Semester di STMIK Lombok
(X)
Mean nilai STTB di SLTA
(Y)
1 A 6,5 7,5
2 B 5,8 5,5
3 C 7,2 6,6
4 D 6,9 6,4

Jawab :
Ramus  :
            Tabel III
Subyek  X Y x y xy


A 6,5 7,5 -0,1 1 -0,1 0,01 1
B 5,8 5,5 -0,8 -1 0,8 0,64 1
C 7,2 6,6 0,6 0,1 0,06 0,36 0,01
D 6,9 6,4 0,3 -0,1 -0,03 0,09 0,01
4= N 130,0 =∑x 134,0 = ∑y 0 = ∑x 0 = ∑y +0,73 = ∑xy 1,1 = ∑ 2,02 = ∑
Menghitung besar Deviasi Standart (SD) dari variabel X, dengan rumus
Telah diketahui ; ∑  = 1,1 sedangkan N = 4 jadi  =  = 0,524
Telah diketahui ; ∑  = 2,02 sedangkan N = 4 jadi  =  = 0,710

2.2.2. Teknik Korelasi Tata Jenjang (=Teknik Korelasi Rank Order = Rank Order Corelation = Rank Difference Corelation )
            Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagai teknik analisis korelasional yang paling sederhana jika dibandingkan dengan teknik analisis korelasional lainnya.
            Pada dasarnya teknik korelasi tata jenjang ini, besar – kecilnya atau kuat-lemahnya korelasi antara variabel yang sedang kita selidiki korelasinya, kita ukur berdasarkan perbedaan urutan kedudukan sekornya ( rank of diffrence); jadi bukan pada skor hasil pengukuran sebenarnya.
            Dengan kata lain datanya adalah data ordinal atau data berjenjang atau data urutan. Misalnya : siswa yang IQ-nya menempati jenkjang ( rengking) paling tinggi, juga menempati jenjang paling tinggi dalam hal prestasi belajar Matematika; siswa yang IQ-nya paling rendah, prestasi belajar matematikanya juga rendah,
Siswa :
Jenjang IQ:
Jenjang Study Matematika
A
5
5
B
1
1
C
2
2
D
3
3
E
4
4
            Teknik korelasi tata jenjang ini dapat digunakan apabila subyek yang dijadikan sampel dalam penelitian lebih dari sembilan tetapi kurang dari tiga puluh; dengan kata lain N antara 10-29.  Teknik korelasi tata jenjang memiliki lambang huruf ρ ( Rho) seperti halnya maka angka indeks korelasi ρ ini besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan ± 1,00.

Rumusnya       ρ = 1-
Atau
                        ρ = 1-
ρ          = Angka Indeks Korelasi Tata Jenjang.
6 & 1   = Bilangan konstan ( tidak boleh diubah)
D         = Diffrence, yaitu perbedaan antara urutan skor pada     variabel pertama () dan urutan skor variabel kedua () Jadi D =  – .
N         = Number of Case

Untuk memberikan interpretasi terhadpa angka indeks korelasi tata jenjang, terlebih dahulu kita rumuskan Hipotesa Alternatif dan hipotesa Nol-nya :
 : Ada korelasi positif yang signifikan antara variabel I dan variabel II.
 : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara variabel I dan variabel II.
            Setelah diperoleh angka indeks korelasi tata jenjangnya (yaitu : rho ), lalu kita berikan interpretasi dengan menggunakan tabel nilai ρ dengan df = N, baik taraf signifikan 5% maupun 1%. Jika ρ yang kita peroleh dalam perhitungan ( yaitu  ) sama dengan atau lebih besar dari pada harga ρ yang tercantum dalam tabel ( yaitu :  ) maka hipotesa nol ditolak sebaliknya hipotesa alternatif diterima. Begitu pula sebaliknya.

Contoh Soal : Cari dan hitung interpretasi tehadap angka indeks korelasi tata jenjang dari tabel berikut.
Sekor tentang keaktifan dalam organisasi ekstra universitas dan sekor tentang prestasi study dari 10 orang mahasiswa pada sebuah fakultas.
Tabel IV

No

Nama
Sekor
Keatifan dalam organisasi ekstra
(I)
Mean Prestasi Study
(II)
1
A
37
63
2
B
41
45
3
C
38
60
4
D
44
50
5
E
35
65
6
F
43
52
7
G
40
55
8
H
42
47
9
I
36
64
10
J
39
59

Jawab :
Rumus             ρ = 1-



            Tabel V. Tabel kerja untuk mencari angka indeks korelasi rho

No

Nama
Sekor
Rank
D =


 (I)
 (II)
I=
II =
1
A
37
63
3
8
-5
25
2
B
41
45
7
1
6
36
3
C
38
60
4
7
-3
9
4
D
44
50
10
3
7
49
5
E
35
65
1
10
-9
81
6
F
43
52
9
4
5
25
7
G
40
55
6
5
1
1
8
H
42
47
8
2
6
36
9
I
36
64
2
9
-7
49
10
J
39
59
5
6
-1
1
total
10 = N
-
-
-
-
0 = ∑D


ρ = 1-
            telah diketahui  = 312 sedangkan N = 10 dengan demikian
            ρ = 1-  =  = 1-1,891 = - 0,891
dari perhitungan di atas teryanta Rho kita peroleh sebesar : -0,891,
Dengan melihat tanda yang terdapat didepan angka indeks Korelasi tersebut ( yaitu : tanda “ Minus ‘) maka hal ini mengandung arti bahwa antara keaktifan berorganisasi ekxtra di universitas dan prestasi study di fakultas terdapat korelasi yang berlawanan arah ( korelasi negatif ), dalam arti makin aktif seorang mahasiswa dalam kegiatan organisasi maka akan semakin menurun prestasi belajar di fakultas.

2.2.3.      Teknik Analisis Korelasi Phi
Teknik Korelasi Phi adalah salah-satu teknik analisis korelasional yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar-benar dikotomik (terpisah atau dipisahkan secara tajam). Dengan istilah lain variabel yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni. Misalnya : Laki-laki/Perempuan, Hidup/Mati, Lulus/Tidak Lulus dan sebagainya. Angka Indeks Korelasi phi  dilambangkan dengan huruf Ø (phi). Seperti halnya rxy dan Rho, maka Ø besarnya juga berkisar antara 0,00 sampai dengan ±1,00.


Rumus yang digunakan
Rumus pertama :        
Rumus ini digunakan apabila dalam menghitung atau mencari ᶲ kita mendasarkan diri pada frekuensi dari masing-masing sel yang terdapat dalam Tabel Kerja (Tabel Perhitungan).
Rumus kedua :            
Rumus ini digunakan apabila dalam menghitung Ø kita mendasarkan diri pada nilai proporsinya.
Rumus ketiga :        = 
Rumus ketiga ini kita gunakan apabila dalam mencari  kita terlebih dahulu menghitung harga Kai Kuadrat (X2). Kai Kuadrat ini dapat diperoleh dengan rumus :
f0         =          frekuensi yang diobservasi atau observed frekuency, atau frekuensi
yang diperoleh dalam penelitian.
ft             =          frekuensi teoritik atau theoretical frequency, atau frekuensi secara
teoritik.

Contoh soal
Tabel.VI. Data Mengenai Hasil Tes SIPENMARU para Lulusan SMTA yang Mengikuti Bimbingan Tes dan yang tidak Mengikuti Bimbingan Tes
                       Status
Prestasi
Mengikuti
Bimbingan Tes
Tidak Mengikuti Bimbingan Tes
Jumlah
Lulus Tes
SIPENMARU
20
20
40
Tidak Lulus Tes SIPENMARU
25
35
60
Jumlah
45
55
100=N

Kita Rumuskan lebih dahulu  dan   nya:
: Ada korelasi yang signifikan antara keikutsertakan para lulusan SMTA dalam Binbingan tes      dan keberhasilan mereka dalam Tes Sipenmaru.
 : Tidak ada korelasi yang signifikan antara keikutsertakan para lulusan SMTA dalam Bimbingan Tes dan keberhasilan mereka dalam Tes Sipenmaru.
            Tabel VII.
                       Status
Prestasi
Mengikuti
Bimbingan Tes
Tidak Mengikuti Bimbingan Tes
Jumlah
Lulus Tes
SIPENMARU
20
a
20
d
40
Tidak Lulus Tes SIPENMARU
25
c
35
e
60
Jumlah
45
55
100

Dengan mendistribusikan a, b, c, dan d ( yaitu frekuensi sel ) kedalam rumus, maka :

dF=N nr=100-2=98(Konsultasi Tabel Nilai”r’).Dalam table tidak dijumpai df sebesar 98; karena itu kita pergunakan df sebesar 100.dengan df sebesar 100,di peroleh  pada taraf signifikan 5%=0,195,sedangkan pada taraf signifikan 1%=0,254.dengan demikian  yang kita peroleh (yaitu:0,082)adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan  (yaitu:0,195 dan 0,254).Dengan demikian Hipotesis Nol diterima/disetujui.berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara keikutsertakan para siswa lulusan SMTA dalam bimbingan Tes,dan Prestasi yang mereka capai dalam tes sipenmaru.
Dengan memperhatikan kembali frekuensi sel dalam Tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan para siswa lulusan SMTA dalam Tes Sipenmaru itu secara signifikan tidak ada hubunganya (tidak dipengaruhi) oleh ikut-tidaknya mereka dalam kegiatan bimbingan Tes Masuk Perguruan Tinggi.






2.2.4.      Teknik Analisis Korelasi Koefisien Kontingensi
Teknik Korelasi koefisien Kontigensi (Contingency Coefficient Corellation) adalah salah satu teknik Analisis Korelasional Bivariat, yang dua buah variabel dikorelasikan adalah berbentuk katagori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya: tingkat pendidikan: tinggi, menengah, rendah. pemahaman terhadap ajaran agama islam: baik, cukup. kurang dan sebagainya.Tekhnik analisis ini dilambangkan dengan huruf C atau KK (Singkatan dari koefisien kotegensi).
Rumus untuk mencari koefisien korelasi kotigensi adalah:
            C =
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
Pemberian interperensi terhadap angka indeks korelasi kontigensi C atau Kk ini adalah dengan jalan terlebih dahulu mengubah harga C menjadi Phi, dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: Ø =
Setelah harga ϕ diperoleh, selanjutnya kita konsultasikan dengan Tabel Nilai “r” product moment dengan df sebnesar N-nr. Jika angka indeks korelasinya yang kita peroleh dalam perhitungan (dalam hal ini adalahC yang telah diubah menjadi Phi dan ‘‘dianggap” rxy) ini sama dengan atau lebih besar dari pada rtabel maka Hipotesis nilai ditolak dan apabila lebih kecil daripada rtabel maka hipotesinya nihil diterima atau disetujui.
Contoh soal
Tabel VIII.Data mengenai Semangat berolahraga dan kegairahan belajar dari sejumlah 200 orang subjek.
                    Semangat 
                  berolahraga

Gairah Belajar

Besar

Sedang

Kecil

Jumlah
Besar 18 12 10 40
Sedang 34 43 33 110
Kurang 10 10 30 50
Jumlah 62 65 73 200=N
            Tabel IX Tabel kerjauntuk mengetahui harga kai kuadrant, dalam mencari angka indeks korelasi kontigensi C.

Sel f0 ft (f0 – ft) (f0 – ft)2

1 18

+5,6 31,36 2,5290
2 12

-1,0 1,00 0,0770
3 10

-4,6 21,16 1,4490
4 34

-0,1 0,01 0,0003
5 43

+7,25 52,5625 1,4703
6 33

-7,15 51,1225 1,2733
7 10

-5,5 30,25 1,9516
8 10

-6,25 39,0625 2,4038
9 30

+11,75 138,0625 7,5651
Jumlah 200=N 200=N 0=∑ -


karena itu Kai Kuadrat ()=18,7194
Setelah Harga kai Kuadrat kita ketahui,maka selanjutnya kita subtitusikan kedalam rumus koefisien kontigensi C atau KK =  =  =
                                                  =  =  = 0,293

Interprestasi;
: Ada korelasi positif yang disignifikan antara semangat berolahraga dan kegairahan   belajar.
 : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara semangat berolahraga dan kegairahan  belajar
Untuk memberikan interperensi terhadap C atau kk itu,harga C terlebih dahulu kita ubah menjadi Phi (ϕ , dengan rumus; ϕ =    =    =  =   =  = 0,306
Selanjutnya harga ϕ yang telah kita peroleh itu kita konsultasikan dengan tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya : df= N-nr = 200-2 = 198  (dalam tabel nilai “r” product moment tidak diperoleh df sebesar 200, diperoleh harga rtabel pada taraf signifikassi 5% = 0,138; sedangkan pada taraf signifikasi 1% diperoleh harga rtabel = 0,181.
Dengan demikian ϕ > rtabel baik taraf signifikasi 5% maupun 1%. Dengan ini maka H0 ditolak. Erarti ada korelasi khusus yang signifikan antara semangat berolahraga dan kegairahan belajar; makin besar semangat berolahraga tumbuh dalam diri anak, diikiuti dengan semakin besarnya kegairahan belajar mereka.
Sebagai contoh tambahan perlu kiranya dikemukakan disini bahwa dalam rangka mengubah harga C menjadi , ada cara lain yang dapat dipergunakan yaitu dengan menggunakan rumus:
Φ =
Jika harga kai kuadrat disubstitusikan kedalam rumus diatas, maka:
Φ =  =  =  = 0,306 ( hasilnya persis sama ).