Selasa, 07 April 2015

Perkembangan Bahasa dan Pemerolehan Bahasa serta Pemerosesan Bahasa


Perkembangan Bahasa

A.    Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.

B.     Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak
Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas:
1. Tahap Pralingustik (0 – 12 bulan)
Sebelum mampu mengucapkan suatu kata, bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun.Namun pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna.Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan tertentu tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah sehingga perkembangan bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik (Tarigan, 1988; Tarigan dkk., 1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi hanya mampu mengeluarkan suara yaitu tangisan.Pada umumnya orang mengatakan bahwa bila bayi yang baru lahir menangis, menandakan bahwa bayi tersebut merasa lapar, takut, atau bosan.Sebenarnya tidak hanya itu saja terjadi.
Para peneliti perkembangan mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka halangan tentang apa yang dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah mempunyai nilai komunikatif. Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai mengahasilkan banyak suara baru yang menyebabkan masa ini disebut masa ekspansi (Dworetzky, 1990). Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan memekik. Setelah memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat dikenal dengan masa connical.

2. Tahap Satu-Kata (12 – 18 bulan)
Pada masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya.Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat.Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan objek-objeknyata atau perbuatan.Kata-kata yang sering diucapkan orang tua sewaktu mengajak bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang diucapkan si bayi.
Memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah.Untuk menafsirkan maksud tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu dan unsur-unsur non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi,dan benda yang ditunjuk si anak.Mengapa begitu?Menurut Tarigan dkk, (1998)ada dua penyebab, yaitu sebagai berikut.
Pertama, bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan mengekspresikan ide atau perasaannya secara lengkap. Keterbatasan berbahasanya diganti dengan ekspresi muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya.
Kedua, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik perhatiannya saja. Sehingga, tanpa mengerti konteks ucapan anak, kita akan kesulitan untuk memahami maksud tuturannya.
Walaupun memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk dapat berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan katayang akan disimpan di otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah“jangan memakai bahasa bayi untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.” Maksudnya, ucapkanlah dengan bahasa yang seharusnya di dengar sehingga si anak juga terpacu untuk berkomunikasi dengan baik.

3. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan)
Pada masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum dapat menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan sebaginya.

4. Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun)
Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan, penyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Terkait dengan itu, Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia 3 – 4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada umur 5 – 6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.Sebagian besar aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin bervariasi. Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur.

Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatic.

Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990) sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr, pada kata struktur dan pragmatik.



Perkembangan Morfologis
Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.

Perkembangan Sintaksis
Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu: pengembangan, pengurangan, dan peniruan.
Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya. Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992). Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis daripada dalam berbicara (Tompkins, 1989).

Perkembangan Semantik
Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun (Tompkins,1989).
Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna yang dibentukbersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas kekalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens, 1992).
Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan,  (b)metafora,  (c) kiasan,  (d) pribahasa.

Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling penting dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal inipada usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan menarik. Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan olehM.A.K Halliday: instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif.

C.    Faktor-faktor Perkembangan Bahasa Anak
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a.       Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan). Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
b.       Pola Komunikasi Dalam Keluarga. Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
c.        Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga. Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
d.      Posisi Urutan Kelahiran. Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e.       Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa). Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
 Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.


D.    Hambatan Perkembangan Bahasa Anak
Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah.Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak. Anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik, sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak.Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut.

Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata,
2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,
3. Sering kali berbicara yang tidak teratur,
4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain:

1. Anak cengeng.
Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota kcluarga lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.

2. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.

Pembelajaran dan Pemerolehan Bahasa
A. Pengertian Akuisisi Bahasa (Pemerolehan Bahasa)
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka serta pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung didalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003). Hal ini perlu ditekankan, karena pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran (Cox, 1999;Musfiroh, 2002)
Ragam Pemerolehan Bahasa
Ragam pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari berbagi sudut pandang, sebagai berikut:
a. berdasarkan bentuk:
Ø  pemerolehan bahasa pertama
Ø  perolehan bahasa kedua
Ø  pemerolehan bahasa ulang (Klein, 1986).
 b. berdasarkan urutan:
Ø  pemerolehan bahasa pertama
Ø  pemerolehan bahasa kedua (Winits, 1981; Stevens, 1984).
c. berdasarkan jumlah:
Ø  pemerolehan satu bahasa
Ø  pemerolehan dua bahasa ( Gracia, 1983).
d. berdasarkan media:
Ø  pemerolehan bahasa lisan
Ø  pemerolehan bahasa tulis (Freedman, 1985).
e. berdasarkan keaslian:
Ø  pemerolehan bahasa asli
Ø  pemerolehan bahasa asing (Winits, 1981).
 
D. Urutan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
Urutan perkembangan pemerolehan bahasa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Perkembangan Prasekolah
Dibagi lagi atas:
1. Perkembangan Pralinguistik
Ada kecenderungan untuk menganggap bahwa perkembangan bahasa anak-anak mulai tatkala dia mengatakan kata-pertamanya, yang menjadi tugas para ibu untuk mencatatnya/merekamnya pada buku bayi anak tersebut. Tetapi riset bayi medorong bahkan memaknai kita untuk menolak dugaan ini danmengakui fakta-fakta perkembangan komunikasi sejak lahir.Dua jenis fakta yang dikutip oleh para peneliti untuk menunjang teori pembawaan lahir mereka adalah:
(i) kehadiran pada waktu lahir struktur-struktur yang diadaptasi dengan baik bagi bahasa (            walaupun pada permulaan tidak dipakai buat bahasa); dan
(ii) kehadiran perilaku-perilaku sosial umum dan juga kemampuan-kemampuan khusus bahasa       pada beberapa bulan pertama kehidupan.
 
2. Tahap Satu Kata
Merupakan suatu dugaan umum bahwa san anak pada satu kata terus menerus berupaya mengumpulkan nama-nama benda dan orang di dunia.

3. Ujaran Kombinatori Permulaan
Perkembangan bahasa permulaan tiga orang anak dalam jangka waktu beberapa tahun yang hasilnya bahwa panjang ucapan anak kecil merupakan petunjuk atau indicator perkembangan bahasa yang lebih baik daripada usia kronologis. (Brown (et all), 1973).

4. Perkembangan Interogatif
Ada tiga tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan pertanyaan, yaitu:
           pertanyaan menuntut jawaban YA atau TIDAK
           pertanyaan menuntut INFORMASI
          pertanyaan menuntut jawaban SALAH SATU DARI YANG BERLAWANAN (atau      “POLAR”).

5. Perkembangan Penggabungan Kalimat
Berikut beberapa contoh bagaimana cara menggabungkan proposisi-proposisi itu:
          Penggabungan dua proposisi atau klausa yang berstatus setara:
            Ini buku dan Ninon membacanya.
          Penggabungan satu proposisi merupakan yang lebih unggul daripada yang satu lagi (yang menerangkan suatu nomina dalam proposisi itu) :
            (benda) yang Ninon baca itu adalah buku.
           Penggabungan dua proposisi yang berstatus dalam kaitan waktu:
            Waktu Ninon membaca buku itu, ada halaman yang sobek.
          Penggabungan dua proposisi yang berstatus tidak sama dalam hubungan sebab-akibat:
            Ninon melem halaman buku itu karena sobek.
          Satu proposisi mengisi “kekosongan” yang lainnya:
            Kamu mengetahui bahwa Ninon membaca buku sejarah. (Dari : Kami mengetahui “sesuatu”).

6. Perkembangan Sistem Bunyi
Terdapat beberapa persesuaian perkembangan pemerolehan bunyi (periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama tahun pertama) :
*          periode vokalisasi dan prameraban
*          periode meraban
Clark dan Clark (1977) menemukan fakta-fakta bagi representasi berdasarkan orang dewasa dalam kenyataan bahwa:
·         anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang mereka dengar.
·         anak-anak menukar / mengganti ucapan mereka dari waktu ke waktu mebuju ucapan orang                                    dewasa
·         apabila anak-anak mulai menghasikan segmen bunyi tertentu (seperti /s/, maka hal itu menyebar kepada kata-kata lain dalam pembendaharaan mereka, tetapi bukan kepada kata-                                    kata yang tidak merupakan perbedaan mereka, sesuai dengan ucapan orang dewasa.
b. Perkembangan Masa Sekolah
Perkembangan bahasa pada masa-masa sekolah terutama sekali dapat dibedakan dengan jelas dalam tiga bidang, yaitu:
          STRUKTUR BAHASA, perluasan dan penghalusan terus-menerus mengeani semantik dan          sintaksis (dan taraf yang lebih kecil, fonologi).
          PEMAKAIAN BAHASA, peningkatan kemampuan menggunakan bahasa secara lebih efektif     melayani aneka fungsi dala situasi-situasi komunikasi yang beraneka ragam.
          KESADARAN METALINGUISTIK, pertumbuhan kemampuan untuk memikirkan,             mempertimbangkan, dan berbicara mengenai bahasa sebagai sandi atau kode formal.

1. Struktur Bahasa
Pertumbuhan semantik sang anak berlangsung terus-menerus karena pengalamannya bersambung dan meluas, yang tentu saja mengandung pengertian bahwa sekolah mempunyai peranan yang sangat penting. Pengalaman-pengalaman baru menuntut pertumbuhan dalam system semantik sang anak.
2. Pemakaian Bahasa
Clark & Clark (1977) mengatakan bahwa: “anak-anak membangun struktur dan fungsi pada waktu yang bersamaan. Sebaik mereka belajar lebih banyak struktur, maka mereka memperoleh lebih banyak sarana untuk menyampaikan fungsi yang berbeda-beda. Dan sebaiknya mereka mempelajari banyak fungsi, maka mereka memperluas pemakaian tempat berbagai struktur diterapkan.”
3. Kesadaran Metalinguistik
Ialah kemampuan membuat bentuk-bentuk bahasa menjadi tak tembus cahaya dan menyelesaikan diri di dalam dan untuk diri mereka sendiri” (Cazden, 1974).
 
E. Mekanisme Umum bagi Pemerolehan Bahasa
Menurut Jeans A. Rondal, berdasarkan data-data yang dia gunakan, agaknya dapat disarankan adanya suatu mekanisme makroumum bagi pemerolehan pemakaaian bahasa (pertama) pada diri sang anak. Salah satu manfaat mekanisme umum adalah bahwa mekanisme itu membuat suatu wadah yang jelas bagi penentu-penentu antar pribadi dalam proses pemerolehan bahasa pertama.
 
F. Kerangka Bagi Teori Pemerolehan Bahasa
Kenneth Wexler dan Peter W. Clicoper mengemukakan bahwa teori pemerolehan bahasa pertama dapat dilihat sebaga tiga serangkai (G.1 PBB) yang menyatakan bahwa :
1.  G adalah suatu kelas gramatika (gramatika yang tepat)
2. I adalah suatu kelas perangkat “input” yang tepat ataupun data masukan (tata bahasa     atau M(T) dari tata bahasa T dalam G.
3. PBB adalah suatu prosedur belajar bahasa yang memetakan berbaga infut ke dalam       gramatika.
            Masukan atau infut bagi sang anak terdiri dari kalimat-kalimat yang terdengar dalam konteks. Keluaran atau output belajar bahasa merupakan suatu system kaidah bagi bahasa orang dewasa.
            Yang menjadi masalah ialah bahwa tidak ada hubungan langsung antara tipe-tipe informasi dalam keluaran. Pembicaraan pada bab ini mengenai masalah pokok mendorong sang anak mulai membentuk tipe kaidah yang tepat bagi bahasa-bahasa alamiah. “masalah kemandirian” atau “masalah keberdikarian” ini merupakan masalah pertama yang harus dipecakan dan diselesaikan oleh seseorang dalam merencanakan serta merancang model-model pemerolehan bahasa.
Perbandingan  Pembelajaran Bahasa dengan Pemerolehan  Bahasa
Pembelajaran Bahasa
1.      Berfokus pada bentuk-bentuk  bahasa
2.      Keberhasilan didasarkan pada penguasaan bentuk-bentuk  bahasa
3.      Pembelajaran ditekankan pada tipe-tipe bentuk dan struktur bahasa aktivitas dibawah perintah guru
4.      Koreksi kesalahan sangat penting untuk mencapai tingkat penguasaan
5.      Belajar merupakan proses sadar untuk menghafal kaidah, bentuk, dan struktur
6.      Penekanan pada kemampuan produksi mungkin dihasilkan dari ketertarikan pada tahap awal                
Pemerolehan Bahasa
1.      Berfokus pada komunikasi penuh makna
2.      Keberhasilan didasarkan pada penggunaan bahasa untuk melaksanakan sesuatu
3.      Materi ditekankan pada ide dan minat anak aktivitas berpusat pada anak 
4.      Kesalahan merupakan hal yang wajar 
5.      Pemerolehan merupakan proses bawah sadar dan terjadi melalui pemajanan dan masukan yang  dapat dipahami anak 
6.      Penekanan pada tumbuhnya kecakapan bahasa secara alamiah









Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar