Rabu, 18 Februari 2015

makalah cangkok sirsak


KATA PENGANTAR

            Kesinambungan di dunia pengetahuan saat ini sangat dirasakan, baik bagi para ilmuwan maupun rakyat awam. Sesuai dengan perkembangan jaman hal ini sangat diperlukan oleh semua kalangan. Tujuan dari perkembanmgan pengetahuanya itu untuk memudahkan manusia dalam menyelesaikan tugassnya dengan cara yang praktis dan mudah. Oleh sebab itu, disusunlah makalah ini.
            Berhubungan dengan perkembangan pengetahuan, dalam makalah ini akan membahas tentang mencangkok. Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian, alat dan bahan serta cara mencangkok. Hal itu bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam proses mencangkok.
            Pembuatan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para petani kebun ataupun masyarakat yang ingin mempelajari tentang cangkok. Saya mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat.

                                                                                                                                  Penulis


 
                                                                                              














BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mencangkok adalah suatu perbanyakan vegetatif secara buatan tanpa baikan dengan menggunakan bagian dari tanaman, untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat-sifat sama dengan induknya misalnya rasa buah besar ketahanan terhadap hama penyakit dan lain – lain. Berkembangbiakan secara vegetatif dengan menggunakan cangkokan  digunakan apiabila tanaman tersebut tidak dapat diperbanyak dengan cara pembiakan tanaman lainnya. Perkembangbiakan cangkok pada umumnya dapat dilakukan pada jenis tumbuhan berkayu maupun tanaman hias. Jenis tumbuhan berkayu mudah dicangkok di antaranya jambu, mangga, jeruk, dan belimbing. Tanaman hias seperti kenanga, cempaka, soka dan melati jepang. Ada juga tumbuhan berkayu yang agak sulit dicangkok sehingga membutuhkan cara-cara tertentu seperti nangka, sawo dan duku. Untuk mencangkok dibutuhkan cara-cara tertentu. Intinya adalah mencangkok adalah cara perkembangbiakan pada jenis tumbuhan yang berkambium dan dilakukan oleh manusia atau vegetative buatan.
            Memperbanyak tanaman dengan cara menyangkok mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan perkembangbiakan vegetative yang lain salah satunya adalah setek. Karena pada proses cangkok tanaman akar dirangsang untuk tumbuh sebelum batang tanaman dipotong dan ditanam. Perlu diketahui bahwa metode cangkok tanaman lebih aman untuk menjamin pertumbuhan tanaman anakan sebab saat dipisah dari indukan batang, tanaman suah punya akar. Organ akar yang tumbuh mampu menjaga asupan nutrisi tanaman yang diperlukan sehingga tanaman dapat bertahan ketika ditanam dalam lingkungan. Untuk melakukan penyangkokan ada faktor – faktor yang perlu diperhatikan seperti pemilihan batang, cara pencakokan, dan lain – lain.
            Tanaman berkayu lebih banyak dikembangbiakan dengan cara mencangkok karena lebih mudah dan tidak sulit. Cara ini digunakan untuk memperbanyak tanaman yang dapat berbuah lebih cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Praktikum perkembangbiakan vegetative dengan cara cangkok perlu dipelajari karena agar lebih mengetahui cara  cara penyangkokan yang benar, serta dapat meningkatkan produksi bibit suatu tanaman yang unggul dan tidak menyimpang dengan induknya.




1.2 Tujuan Praktikum
1.      Untuk memenuhi tugas akhir Konsep Dasar IPA SD 2
2.      Untuk memberikan pengetahuan betapa pentingnya mencangkok bagi perkembangbiakkan tumbuhan
3.      Untuk memberikan keuntungan-keuntungan mencangkok buah sirsak
Untuk memberitahukan cara mencangkok buah sirsak
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk lebih mendalami pengetahuan mahasiswa tentang semua yang berhubungan dengan mencangkok tanaman.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembiakan Tanaman
Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon, 1995).
Kegiatan pengembangan buah-buahan perlu didukung oleh tersedianya bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup. Tetapi penanganan perbanyakan tanaman seing diabaikan oleh petani tradisional, padahal perbanyakan tanaman yang tepat akan manguntungkan udaha tani (Sulastri, 2004).
Salah satu metode yang sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan tanaman dengan cara vegetatif buatan adalah dengan cara cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk memeperbanyak diri dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman monokotil yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan berbatang kecil. Selain itu, pada tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium apabila dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan langsung melukai jaringan pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).
Proses pencangkokan dimulai dengan terbentuknya radikal dari polistirena dan kemudian gugus COOH dari asam adipat akan menempel pada gugus stirena yang terlebih dahulu dibuat radikal. Hasil dari pencangkokan akan dikarakterisasi dengan Spektrofotometer infra merah, kekuatan tarik kopolimer cangkok diukur dengan Tensile tester, dan sifat termalnya ditentukan dengan fungsi dari komponen awal (Supri, 2003).
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang yang dicangkok tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 20-30cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit . Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Wudianto, 1997).
Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon induknya.  Beberapa jenis tnaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini.  Caranya ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm.  Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada bagiankayunya,  sehingga lapisan kambiumnya hilang samasekali.  Selanjutnya pada bagian yang kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik.  Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah kekeringan (Wudianto, 1997).
Tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini dimaksudkan pada tanaman bekayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit dicangkok semisal cemara atau tanaman berdaun jarum. Tanaman tak berkayu pun dapat pula dicangkok tentu saja dengan cara yang berbeda, sebagai contoh tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok.Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga (Adinugraha, 2007).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon buah-buahan dan tanaman hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll. Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai misal adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari..Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta mempercepat pertumbuhan buah (Kusumo, 2001).
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar (Kusumo, 2001).

2.2 Sawo Manila
Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang berumur panjang. Pohon dan buahnya dikenal dengan beberapa nama seperti sawo (Ind., Jw.), sauh atau sauh manila, atau ciku (Mly.).
Nama-namanya dalam berbagai bahasa: tsiko (Filipina), ciku (Malaysia), chikoo atau sapota (India), sofeda (Bangladesh), xa pô chê atau hồng xiêm (Vietnam), rata-mi (Sri Lanka), lamoot (ละมุด) di Thailand, Laos dan Kamboja, níspero (Venezuela), sugardilly (Kep. Bahama), naseberry (Hindia Barat), sapote (Nicaragua), sapoti (Brasil), sapotillier (bahasa Perancis) dan sapodilla (bahasa Inggris).

2.3 Klasifikasi Sawo
Sinonim
Achras zapota L.

Nama umum
Indonesia:
Sawo manila, sawo, sawo londo
Inggris:
Sapodilla, Chicle, Chico sapote, Naseberry


Nama daerah
Sumatera : Sawo Manila (Melayu), Saus (Padang)
Jawa : Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila (Jawa Tengah), Sabu manela (Madura)


Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Ebenales
                             Famili: Sapotaceae
                                 Genus: Manilkara
                                     Spesies: Manilkara zapota (L.) van Royen

2.4 Morfologi Sawo Manila
Batang (Caulis)
Keras, berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor, pada pohon yang sudah tua terdapat banyak lentisel
Daun (Folium)
Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-14 cm, lebar 3-5 cm. tangkai panjang ± 1,5 cm, hijau mengkilat.
Bunga (Flos)
Majemuk, di ketiak daun, menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar, mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning muda.
Akar (Radix)
Tunggang, coklat, perakarannya cukup kuat
Buah (Fructus)
Buahnya berbentuk lonjong atau bulat telur dengan diameter sekitar 6-7 cm dan panjang 10 cm. Kulit buah yang masih muda berwarna cokelat tua, kasar dan tipis, sedangkan yang tua berubah menjadi cokelat muda dan halus. Daging buah tebal, berair, berwarna cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah yang masih mudabergetah dan rasanya sepat, sedangkan buah yang matang rasanya manis tidak sepat dan tidak bergetah. Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya memiliki satu bakal buah saja. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah (mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buah Achras zapota merupakan buah sejati, tunggal, berdaging dan buni
Biji (Semen)
Biji berbentuk bulat telur, pipih, keras, berwarna hitam atau coklat dan ada sebagian yang berwarna putih. Kulit biji (spermodermis) memiliki dua lapisan, yaitu kulit luar (testa), berwarna hitam atau coklat, mengkilat, kaku; dan kulit dalam (tegmen), selaput berwarna putih, tipis. Terdapat pusar biji (hilus) yang berwarna putih. Inti biji terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga (albumen).
2.5 Varietas
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a. Sawo Manila
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo manila antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawo maja dan sawo alkesa.
b. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo Duren.Kerabat dekat sawo liar antara lain: sawo kecik dan sawo tanjung. Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo kecik dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai 15 – 20 meter, merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibuat ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) memiliki buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering digunakan sebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir jalan.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Kegiatan mencangkok ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 25 februari  2014 pukul 15.00 WIB bertempat di Desa Surau Pinang, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman  Sawo (Manilkara zapota )
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kandang
4. Tanah
3.2.2 Alat
1. Tali raffia
2. Pisau tajam

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat / menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10 cm.
4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kandang kemudian ditutup dengan serabut kelapa dan plastik.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum mencangkok yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
No
Tanggal
Perubahan yang terjadi pada cangkokan
1.       
25 Februari 2014
Penyayatan batang pohon.
2.       
28 Februari 2014
Pembungkusan batang dengan tanah.
3.       
7 Maret 2014
Belum ada perubahan pada cangkokan.
4.       
14 Maret 2014
Belum ada perubahan pada cangkokan
5.       
21 Maret 2014
Belum ada perubahan pada cangkokan
6.       
28 Maret 2014
Belum ada perubahan pada cangkokan
7.       
4 April 2014
Belum ada perubahan pada cangkokan
8.       
11 April 2014
Akar mulai muncul
9.       
18 April 2014
Akar mulai memanjang
10.   
24 april 2014
Akar bertambah panjang
11.   
1 mei 2014
Akar bertambah panjang
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan dilakukan. Pencangkokan bukanlah hal yang mustahil untuk dikerjakan. Hanya saja butuh parawatan dan pemeliharaan yang bagus. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.

V. KESIMPULAN

Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar kampus maka dapat disimpulkan bahwa :
1.   Dalam hal mencangkok yang perlu diperhatikan salah satunya adalah penyiraman yang rutin (dalam hal ini sangat dibutuhkan parawatan)
2.   Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan, berbeda dengan menggunakan biji (benih) pada benih atau biji membutuhkan proses yang sangat lama dan hasilnya tidak sama dengan induknya.
3.   Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji









DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar