KATA PENGANTAR
Kesinambungan di dunia
pengetahuan saat ini sangat dirasakan, baik bagi para ilmuwan maupun rakyat
awam. Sesuai dengan perkembangan jaman hal ini sangat diperlukan oleh semua
kalangan. Tujuan dari perkembanmgan pengetahuanya itu untuk memudahkan manusia
dalam menyelesaikan tugassnya dengan cara yang praktis dan mudah. Oleh sebab
itu, disusunlah makalah ini.
Berhubungan dengan perkembangan pengetahuan, dalam makalah ini akan membahas tentang mencangkok. Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian, alat dan bahan serta cara mencangkok. Hal itu bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam proses mencangkok.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para petani kebun ataupun masyarakat yang ingin mempelajari tentang cangkok. Saya mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat.
Berhubungan dengan perkembangan pengetahuan, dalam makalah ini akan membahas tentang mencangkok. Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian, alat dan bahan serta cara mencangkok. Hal itu bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam proses mencangkok.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para petani kebun ataupun masyarakat yang ingin mempelajari tentang cangkok. Saya mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mencangkok adalah suatu perbanyakan vegetatif secara
buatan tanpa baikan dengan menggunakan bagian dari tanaman, untuk mendapatkan
tanaman baru yang mempunyai sifat-sifat sama dengan induknya misalnya rasa buah
besar ketahanan terhadap hama
penyakit dan lain – lain. Berkembangbiakan secara vegetatif dengan menggunakan
cangkokan digunakan apiabila tanaman
tersebut tidak dapat diperbanyak dengan cara pembiakan tanaman lainnya.
Perkembangbiakan cangkok pada umumnya dapat dilakukan pada jenis tumbuhan
berkayu maupun tanaman hias. Jenis tumbuhan berkayu mudah dicangkok di
antaranya jambu, mangga, jeruk, dan belimbing. Tanaman hias seperti kenanga,
cempaka, soka dan melati jepang. Ada
juga tumbuhan berkayu yang agak sulit dicangkok sehingga membutuhkan cara-cara
tertentu seperti nangka, sawo dan duku. Untuk mencangkok dibutuhkan cara-cara
tertentu. Intinya adalah mencangkok adalah cara perkembangbiakan pada jenis
tumbuhan yang berkambium dan dilakukan oleh manusia atau vegetative buatan.
Memperbanyak
tanaman dengan cara menyangkok mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi
dibandingkan dengan perkembangbiakan vegetative yang lain salah satunya adalah
setek. Karena pada proses cangkok tanaman akar dirangsang untuk tumbuh sebelum
batang tanaman dipotong dan ditanam. Perlu diketahui bahwa metode cangkok tanaman
lebih aman untuk menjamin pertumbuhan tanaman anakan sebab saat dipisah dari
indukan batang, tanaman suah punya akar. Organ akar yang tumbuh mampu menjaga
asupan nutrisi tanaman yang diperlukan sehingga tanaman dapat bertahan ketika
ditanam dalam lingkungan. Untuk melakukan penyangkokan ada faktor – faktor yang
perlu diperhatikan seperti pemilihan batang, cara pencakokan, dan lain – lain.
Tanaman
berkayu lebih banyak dikembangbiakan dengan cara mencangkok karena lebih mudah
dan tidak sulit. Cara ini digunakan untuk memperbanyak tanaman yang dapat
berbuah lebih cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Praktikum
perkembangbiakan vegetative dengan cara cangkok perlu dipelajari karena agar
lebih mengetahui cara cara penyangkokan
yang benar, serta dapat meningkatkan produksi bibit suatu tanaman yang unggul
dan tidak menyimpang dengan induknya.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk memenuhi tugas akhir Konsep
Dasar IPA SD 2
2. Untuk memberikan pengetahuan betapa
pentingnya mencangkok bagi perkembangbiakkan tumbuhan
3. Untuk memberikan
keuntungan-keuntungan mencangkok buah sirsak
Untuk
memberitahukan cara mencangkok buah sirsak
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini
adalah untuk lebih mendalami pengetahuan mahasiswa tentang semua yang
berhubungan dengan mencangkok tanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembiakan Tanaman
Tanaman dapat diperbanyak dengan cara
vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan
dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan
biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara
vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang,
akar dan daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal,
diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga
terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon, 1995).
Kegiatan pengembangan buah-buahan perlu didukung oleh
tersedianya bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup. Tetapi penanganan
perbanyakan tanaman seing diabaikan oleh petani tradisional, padahal
perbanyakan tanaman yang tepat akan manguntungkan udaha tani (Sulastri, 2004).
Salah satu metode yang sering dilakukan
dalam usaha pembudidayaan tanaman dengan cara vegetatif buatan adalah dengan cara
cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk memeperbanyak diri
dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat
dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman monokotil
yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan berbatang kecil.
Selain itu, pada tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium apabila
dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan langsung melukai jaringan
pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).
Proses pencangkokan dimulai dengan terbentuknya
radikal dari polistirena dan kemudian gugus COOH dari asam adipat akan menempel
pada gugus stirena yang terlebih dahulu dibuat radikal. Hasil dari pencangkokan
akan dikarakterisasi dengan Spektrofotometer infra merah, kekuatan tarik
kopolimer cangkok diukur dengan Tensile tester, dan sifat termalnya ditentukan
dengan fungsi dari komponen awal (Supri, 2003).
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit
yang tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman
menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang
yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang yang dicangkok
tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan
sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 20-30cm saja. Jumlah daun yang
disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar
tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan
mempersulit tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai
bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada
cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan
pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada
bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media
perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya
akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat
drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Cangkok bertujuan untuk mendapatkan
tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya misalnya rasa
buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama
penyakit . Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena
tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan
terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang tumbuh
dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Wudianto, 1997).
Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok
ialah mengusahakan perakaran dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang
tanaman tersebut dari pohon induknya.
Beberapa jenis tnaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan
cara pencangkokan ini. Caranya ialah
dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar
di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm.
Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada bagiankayunya, sehingga lapisan kambiumnya hilang
samasekali. Selanjutnya pada bagian yang
kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk
kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada
musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram
dengan air untuk mencegah kekeringan (Wudianto, 1997).
Tanaman yang sering dicangkok adalah
tanaman yang berkayu, hal ini dimaksudkan pada tanaman bekayu tanaman mudah untuk
dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit dicangkok semisal cemara atau
tanaman berdaun jarum. Tanaman tak berkayu pun dapat pula dicangkok tentu saja
dengan cara yang berbeda, sebagai contoh tanaman pepaya dan salak (Wudianto,
1997).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara
pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk
merangsang terbentuknya akar.Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang
atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih
tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di
pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman
induknya.Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya
tinggi atau di pematang kolam ikan.Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa
kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok.Pada musim kemarau
panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang
karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak
cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok
beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak
bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk
sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran
kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman
bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan
sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan
sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan.
Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk
menanam hasil cangkokan pada musim itu juga (Adinugraha, 2007).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya
dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon buah-buahan dan tanaman
hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis
jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga
sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll. Tanaman tanaman tersebut adalah
tanaman yang berkayu yang mudah untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang
sulit untuk di cangkok,namun karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan
akarnya setelah dicangkok.sebagai misal adalah tanaman cemara atau tanaman
berdaun jarum lainnya.Pengairan dan Penyiraman,Selama dua minggu pertama
setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan
sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya
penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari..Dan bila hujan turun
terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara
membuat lubang saluran untuk mengalirkan air Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya
bunga diperlukan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari
lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan
memperbanyak "dompolan" bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap
perkembangan) serta mempercepat pertumbuhan buah (Kusumo, 2001).
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang
orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau
kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut
kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya
cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan
ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium
perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan
sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan
kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak
perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya
dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak
keluarnya akar (Kusumo, 2001).
2.2 Sawo Manila
Sawo manila (Manilkara
zapota) adalah pohon buah
yang berumur panjang. Pohon dan buahnya dikenal dengan beberapa nama seperti sawo
(Ind., Jw.), sauh atau sauh manila,
atau ciku (Mly.).
Nama-namanya dalam berbagai
bahasa: tsiko (Filipina), ciku
(Malaysia), chikoo atau sapota
(India), sofeda (Bangladesh), xa pô chê atau hồng
xiêm (Vietnam), rata-mi (Sri Lanka), lamoot (ละมุด) di Thailand, Laos
dan Kamboja, níspero (Venezuela), sugardilly (Kep. Bahama), naseberry (Hindia Barat), sapote (Nicaragua), sapoti (Brasil), sapotillier (bahasa Perancis) dan sapodilla (bahasa Inggris).
2.3
Klasifikasi Sawo
Sinonim
Achras zapota L. Nama umum
|
|
||||
Nama
daerah
Sumatera : Sawo Manila (Melayu), Saus (Padang) Jawa : Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila (Jawa Tengah), Sabu manela (Madura)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Ebenales Famili: Sapotaceae Genus: Manilkara Spesies: Manilkara zapota (L.) van Royen |
2.4
Morfologi Sawo Manila
Batang (Caulis)
Keras, berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor, pada pohon yang sudah tua
terdapat banyak lentisel
Daun (Folium)
Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-14
cm, lebar 3-5 cm. tangkai panjang ± 1,5 cm, hijau mengkilat.
Bunga (Flos)
Majemuk, di ketiak daun, menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga
sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar,
mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning muda.
Akar (Radix)
Tunggang, coklat, perakarannya cukup kuat
Buah (Fructus)
Buahnya berbentuk lonjong atau bulat telur dengan diameter sekitar 6-7 cm
dan panjang 10 cm. Kulit buah yang masih muda berwarna cokelat tua, kasar dan
tipis, sedangkan yang tua berubah menjadi cokelat muda dan halus. Daging buah
tebal, berair, berwarna cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah yang masih
mudabergetah dan rasanya sepat, sedangkan buah yang matang rasanya manis tidak
sepat dan tidak bergetah. Buah berasal dari bakal buah. Bunga
hanya memiliki satu bakal buah saja. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji.
Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal
berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar
(epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti
kulit; dan kulit tengah (mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair,
berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak
pecah. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa buah Achras zapota merupakan buah sejati, tunggal, berdaging
dan buni
Biji (Semen)
Biji berbentuk bulat telur, pipih, keras, berwarna hitam atau coklat dan ada
sebagian yang berwarna putih. Kulit biji (spermodermis) memiliki
dua lapisan, yaitu kulit luar (testa), berwarna hitam atau coklat, mengkilat,
kaku; dan kulit dalam (tegmen), selaput berwarna putih, tipis. Terdapat pusar
biji (hilus) yang berwarna putih. Inti biji terdiri atas lembaga (embrio) dan
putih lembaga (albumen).
2.5 Varietas
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan
atas dua jenis, yaitu:
a. Sawo Manila
a. Sawo Manila
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya
tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo
manila antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawo
maja dan sawo alkesa.
b. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur
mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasuk
dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo
Duren.Kerabat dekat sawo liar antara lain: sawo kecik dan
sawo tanjung. Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo kecik
dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon
mencapai 15 – 20 meter, merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat
bagus untuk dibuat ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi)
memiliki buah
kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering digunakan
sebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir jalan.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan mencangkok
ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 25 februari
2014 pukul 15.00 WIB bertempat di Desa Surau Pinang, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman Sawo (Manilkara zapota )
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kandang
4. Tanah
3.2.2 Alat
1. Tali raffia
2. Pisau tajam
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang
diperlukan.
2. Memilih batang atau cabang yang tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat / menghilangkan kulit dan
kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10 cm.
4. Memberi media pada bagian yang luka
secukupnya dengan pupuk kandang kemudian ditutup dengan serabut kelapa dan
plastik.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara
menyiram air.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari praktikum mencangkok yang
telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
No
|
Tanggal
|
Perubahan yang terjadi pada cangkokan
|
1.
|
25
Februari 2014
|
Penyayatan batang pohon.
|
2.
|
28 Februari 2014
|
Pembungkusan batang dengan
tanah.
|
3.
|
7 Maret 2014
|
Belum ada perubahan pada cangkokan.
|
4.
|
14 Maret 2014
|
Belum ada perubahan pada cangkokan
|
5.
|
21 Maret 2014
|
Belum ada perubahan pada cangkokan
|
6.
|
28 Maret 2014
|
Belum ada perubahan pada cangkokan
|
7.
|
4 April 2014
|
Belum ada perubahan pada
cangkokan
|
8.
|
11 April
2014
|
Akar mulai muncul
|
9.
|
18 April 2014
|
Akar mulai memanjang
|
10.
|
24 april 2014
|
Akar bertambah panjang
|
11.
|
1 mei 2014
|
Akar bertambah panjang
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diketahui yaitu
pencangkokan dilakukan. Pencangkokan bukanlah hal
yang mustahil untuk dikerjakan. Hanya saja butuh parawatan dan pemeliharaan
yang bagus. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman
adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu
melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk
yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat,
sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan,
pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang
waktu.
V. KESIMPULAN
Dari hasil yang diketahui yaitu
pencangkokan disekitar kampus maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dalam hal mencangkok yang perlu
diperhatikan salah satunya adalah penyiraman yang rutin (dalam hal ini sangat
dibutuhkan parawatan)
2.
Cangkok merupakan salah satu
cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan, berbeda dengan
menggunakan biji (benih) pada benih atau biji membutuhkan proses yang sangat
lama dan hasilnya tidak sama dengan induknya.
3.
Tumbuhan hasil cangkokan mudah
roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek
dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar